First Time
Pasangan Favorit
Dalam perjalanan pulang ditemani lagu lawas yang diputar supir angkot.
Nyambung dengan posting sebelumnya, saya ingin menceritakan tentang kakak kelas sebut saja A’ Adeyasa dan teh sebut saja Bunga.
Salah satu pasangan yang kalo ada acara perPTBan entah syuro, dauroh, ato apapun mampu menarik perhatian saya. Satu hal yang saya salut dari beliau berdua adalah bagaimana saya bisa melihat secara langsung yang namanya saling ta’awun dan membackup pasangan masing-masing. Utamanya dalam mendidik 2 krucilnya yg masih batita dengan jarak 1 tahunan. Ditengah kegiatan mimpin/ikut syuro dan acara-acara lainnya, mereka masih bisa multitasking mengurus anak. Sambil ngasih makan lah, mandiin, nina boboin, bahkan bermain!.
Apakah gampang? Rasanya tidak, nampak terlihat kadang kerepotan, suka teralih perhatiannya, dll. Tapi yang saya salut adalah bagaimana mereka bahu-membahu melewati itu semua. Nampak pancaran semangatnya untuk tetap bisa menunaikan amanah-amanah yg diemban walau harus riweuh, amanah di keluarga dan amanah dakwah. Dua amanah yang kadang menjadi momok sebagian aktivis dakwah. Karena ketika tidak bisa adil dikedua sisinya, bisa membawa keterpurukan di sisi yang lain.
Sebenernya mungkin banyak juga pasangan yang kayak gini, cuman beehubung yang sering ketemu diaktifitas sehari-hari ya ini, heu..
Udah gitu aja ._.
-udah sampe di rumah-
Beberapa Hal
Beberapa waktu kebelakang (mungkin sekitar Mei) rasanya ritme kesibukan mulai menanjak. Kesibukan pekerjaan dan amanah seperti berlomba-lomba mencari perhatian. Rumah-kantor-sekret udah kayak rutinitas yang membuat waktu berlalu sangat cepat.
Belum lagi kesibukan tambahan menjelang Ramadhan yg bikin @_@
Tadi di suatu grup yang berisikan “orang tua” yang sedang membicarakan kelanjutan masa depan si kincir jus jeruk. Si teteh galak curcol, hehe. Katanya yang bersangkutan sulit manajemen waktu pasca punya anak. Sebenernya ini bukan hal yg aneh sih, udah beberapa waktu dari bertahun-tahun yang lalu juga memperhatikan kakak kelas yang sudah menikah, mau sebelumnya semilitan apapun pasti akan mengalami penurunan performa, setidaknya 100% pengamatan faktanya seperti ini. Nah hanya saja sejauh mana penurunan ini berefek, maka tiap orang berbeda-beda. Ada yang adaptasinya cepet lantas bisa kembali ke performa asal bahkan lebih baik, ada yang lama, stagnan, lantas ada yang menghilang dari peredaran. Adaptasi laki-laki biasanya lebih cepet, perempuan biasanya agak lama (ditambah kalau hamil).
Terus jadi mikir..
Kalau dengan kondisi sekarang aja masih suka keteteran dengan berbagai hal, terus nanti gimana?
Bukan cuman waktu untuk orangtua-amanah-kerja aja, akan ada tambahan istri-anak-mertua, belum lagi lingkungan sosial juga bakal menuntut kontribusi kita, dan keluarga besar yang lain juga. Terus katanya mau lanjut studi juga kan? Haha..
Kalo dipikirin emang kayaknya pusing ya, heu..
Cuman katanya emang jangan dipikirin aja sih, tapi lakukan saja!
Laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha..
“Just do your best, let Allah do the rest.”
Besok pengen cerita tentang Aa itu dan Teteh itu ah, ama jadi inget ceramah ustadz Nouman yg itu.
Tapi besok aja, sekarang udah ngantuk, heu..
Btw, bye bye Agustus..
-Purnama Dzulqa’dah-
[Bekal 6] Menapaki Barakah
Dapet insight baru tentang ayat ini dari penjelasan ustadz Salim.
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS Al Imraan : 33-34)
https://m.youtube.com/watch?v=RbjjVhxSqgg
“Doa itu bukan soal kapan dijawab. Doa itu soal seberapa luas dia memberkahi.
Allah itu selalu memberi lebih dari yang kita minta, karena yang tidak kita minta saja diberi, kalau kita minta, Allah memberi yang lebih baik.”
-Salim A Fillah-